Minggu, 11 Desember 2011

Ironis di Surabaya #1

Lama tidak menulis lagi. Kesibukan kuliah dan adaptasi membuatku hampir lupa pada blog yang pernah ku kelola ini. Semuanya berjalan begitu cepat. Matrikulasi yang di mulai pada tanggal 28 November 2011 sekarang sudah menelurkan berlembar2 handout, -yang belum ku baca ulang- Sekedar lalu saat kuliah.
Banyak hal yang ingin kuceritakan. Tentang kehidupan di Surabaya yang penuh kisah, rasa rindu pada keluarga di rumah, dan materi kuliah yang seharusnya ku dokumentasikan di blog ini biar gak lupa.

Tadi pagi, saat aku melewati sebuah jalan di wilayah Karang Menjangan, ku lihat sesosok bapak tua bungkuk yang kondisinya sangat mengenaskan. Tidak tahan aku membayangkan bagaimana kisah kehidupan yang sudah ia lalui sampai pada kondisinya saat ini. Bajunya hijau kumal dengan kancing baju yang separuh terlepas, sangat kotor, sepertii ada bekas muntahan, juga darah tepat di dadanya, pipinya ada bekas luka bopeng seperti luka karena "gebarut" sesuatu, ku perkirakan usianya sudah sekitar 80 tahunan. Untuk duduk saja ia kesusahan, ini sangat menggganggu pikiranku, sampai sekarang aku jadi terbayang bagaimana ia makan sore ini, adakah orang lain yang mau memberinya makan.

Di usia senjanya, seharusnya ia mulai hidup tenang bersama anak cucunya. Sungguh rasanya ironis sekali melihat pemandangan banyaknya mall megah di Surabaya yang dipenuhi anak muda dan kaum kaya, yang bahkan tidak pernah berpikir ulang untuk membelanjakan uangnya membeli baju atau barang baru ratusan-jutaan rupiah, di satu sisi ada banyak orang-orang seperti pak tua yang kutemui tadi. Entah makan apa malam ini ia sekarang. Tadi aku baru saja keluar beli pecel lele, sengaja sambil menunggu pesanan aku berjalan menuju tempat pak tua tadi pagi duduk, sayang ia sudah tidak ada di sana....

Padahal malam ini hujan deras sekali, pasti dingin di luar menambah tersiksa perut2 kosong yang kelaparan. :(