Senin, 09 November 2009

2070?

Saya pernah mendapat kiriman email dari seorang rekan. Subjeknya “Surat dari Tahun 2070”. Surat tersebut menceritakan kondisi menyedihkan dunia di tahun 2070.

Tahun 2070, untuk membersihkan diri, manusia harus cukup puas menggunakan handuk sekali pakai yang dibasahi minyak mineral. Kaum perempuan nggak bisa lagi memelihara rambut panjang supaya bisa membersihkan kepalanya tanpa air.

Tahun 2070, semua sungai, danau, dan bendungan sudah tercemar dan kering. Pemandangan yang ada hanya gurun pasir yang tandus. Penyakit di mana-mana—infeksi saluran pencernaan, penyakit kulit dan saluran kencing jadi penyebab kematian nomor satu.

Tahun 2070, industri mengalami kelumpuhan. Angka pengangguran menjulang. Para pekerja hanya dibayar dengan segelas air minum per hari. Banyak orang menjarah air dan 80 persen makanan merupakan makanan sintetis. Kalau dulu orang direkomendasikan untuk minum 8 gelas air sehari, di tahun 2070 untuk bisa minum setengah gelas air saja sudah bagus. Sejak air jadi barang langka, penduduk nggak lagi mencuci pakaian. Pakaian bekas pakai langsung dibuang dan sampah jadi makin menumpuk. Untuk buang air, orang menggunakan septic tank.

Tahun 2070, manusia terlihat menyedihkan. Tubuh mereka lemah, kulit pecah-pecah akibat dehidrasi, penuh koreng dan luka akibat sinar matahari. Lapisan ozon dan atmosfer bumi sangat tipis. Akibatnya, tampilan orang berusia 20 tahun seperti berusia 40. Para ilmuwan melakukan penelitian yang percuma. Mereka nggak bisa membuat air. Kalaupun ada hujan, itu hujan asam.

Tahun 2070, jumlah oksigen sangat sedikit karena kelangkaan pohon dan tumbuhan hijau. Imbasnya, tingkat kecerdasan generasi masa depan menurun. Morfologi manusia berubah, banyak anak mengalami masalah defisiensi, mutasi, dan malformasi. Saking langkanya oksigen, pemerintah membuat pajak atas udara yang dihirup. Hanya orang-orang yang bisa membayar pajak yang bisa mendapatkan suplai oksigen di luar “kawasan ventilasi” dari peralatan paru-paru mekanik raksasa bertenaga surya.

Tahun 2070, beberapa negara yang masih punya pulau bervegetasi dan punya sumber air sendiri dijaga ketat oleh pasukan bersenjata. Air dianggap sebagai barang langka yang lebih berharga ketimbang emas dan permata.

Tahun 2070, tak ada lagi musim. Perubahan iklim terjadi secara global sejak abad 20 akibat efek rumah kaca dan polusi. Tahun 2070, yang ada penyesalan karean telah mengabaikan peringatan untuk menjaga kelestarian alam. Tahun 2070, tak ada lagi gambaran tentang hutan yang indah, tentang nikmatnya bermain air. Tahun 2070, yang ada adalah penyesalan dan rasa bersalah karena manusia telah menghancurkan alam. Tahun 2070, kehidupan di planet bumi yang nyaris punah, adalah warisan dari perilaku manusia di jaman kita.

Di akhir suratnya, si pengirim menulis, “Aku berharap untuk bisa kembali ke masa lampau dan meyakinkan umat manusia untuk mengerti apa yang akan terjadi. Pada saat itu masih ada kemungkinan dan waktu bagi kita untuk melakukan upaya menyelamatkan planet bumi ini!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar