Jumat, 15 Oktober 2010

tentang poligami...

Polygami yg dilakukan oleh Rasulullah bermuatan dakwah, demi menyelamatkan akidah perempuan yg dinikahinya, demi menyelamatkan Islam dan generasi penerus Islam yaitu anak-anak yatim para syuhada. Samasekali jauh dari nafsu dan syahwat. Benar bahwa semua hal yg dikerjakan Rasul tercinta adalah sunnah, tapi apakah semua lupa bagaimana Rasulullah marah sekali ketika Ali bin Abu Thalib hendak menikah lagi setelah beristri Fatimah putri tersayang Rasul SAW??? Apakah para bapak/suami lupa siapkah Ali?? Saya yakin semua tau, Ali adalah sepupu sekaligus menantu, tapi selain itu?? Dia adalah umat Muhammad SAW!!!! Siapa yg ga kenal Ali, dia seorang yg berjuluk ”Lautan Ilmu” memahami segala hal, memiliki segudang ilmu. Kenapa orang yg seperti itu masih dilarang oleh Rasul??!! Artinya umatnya ga akan pernah sanggup untuk melakukan polygami sprt yg dilakukan Rasul SAW sekalipun memiliki ilmu yg mumpuni bahkan orang yg setaraf Ali Bin Abu Thalib...

Islam sangat memuliakan perempuan, dengan menikah lagi tanpa ijin istri artinya meremehkan perempuan yg mencintai & katanya dicintai nya. Itu sama dengan menghilangkan kesetaraan gender yg diusung Islam sejak awal, padahal istri juga punya hak terhadap suami & punya hak untuk tidak disakiti fisik & mentalnya. Istri itu pendamping dalam susah & senang, setelah laki-laki menikahinya dia mempunyai hak untuk untuk mendapatkan kebahagiaan. Bukankah dengan menikah lagi artinya para bapak/suami telah menyakitinya?? Apakah ga ada lagi sunah-sunah lain yg bisa dijalani tanpa menyakiti orang-orang disekeliling kita terlebih orang yg kita sayangi?! Kenapa jika sunah nikah lagi orang begitu getol berlomba-lomba untuk mengerjakan, tetapi jika sunah menyantuni anak yatim & fakir miskin justru mundur teratur, bagaimanalah lagi jika diperintahkan jihad berperang melawan musuh Allah SWT...

Untuk para muslimah yg merasa kawatir ga mempunyai pasangan hidup, ingin juga merasakan & mencicipi kebahagiaan yg dirasakan oleh saudarinya, apakah tega melakukannya dg cara menyakiti saudarinya sendiri sesama muslimah?? Lalu kemudian berdalih bahwa saudarinya serakah tidak mau bagi-bagi kebahagiaan, kenapa anda ga infakkan seluruh harta anda supaya anda mencontohkan bahwa anda sendiri tidak serakah dengan keduniawian! Berbagi memang dianjurkan oleh Islam, tetapi masuk akalkah mengambil kebahagiaan orang disebut sbg berbagi? Adakah manfaat dari berbagi dengan cara menyakiti hati? Kalo memang belum ada jodoh di dunia ini, berusahalah untuk mendapatkannya di akhirat kelak, bukankah itu jauh lebih baik?? Bukankah Allah SWT sendiri yg akan menikahkan ahli surga yg belum sempat menikah ketika di dunia...??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar